tag:blogger.com,1999:blog-77862630970630142272023-11-15T06:37:45.525-08:00Sejarah Indonesiapungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-60976048349527011102011-01-13T20:02:00.000-08:002011-01-13T20:03:42.375-08:00*Pemberitahuan*<span style="font-family: arial;">Penutupan............................<br /></span>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-28571867095903667772010-05-26T02:49:00.000-07:002010-05-26T02:55:01.533-07:00Macam-Macam Tarian Indonesia<span class="CommentLarge"><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><span style="font-size:100%;"><st1:country-region st="on"><st1:place st="on"></st1:place></st1:country-region></span></span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><o:p></o:p></span><br /><p><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><span style="font-size:100%;">1. Tari gantar<br />tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Performing_Art/Event_Management/?PostID=264544"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size:100%;">Pertunjukan tarian</span></span></a><span style="font-size:100%;"> ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.tari ini tidak hanya dikenal oleh suku dayak tunjung namun juga dikenal oleh suku dayak benuaq. </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Performing_Art/Event_Management/?PostID=264544"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size:100%;">Pertunjukan kesenian</span></span></a><span style="font-size:100%;"> tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari gantar rayatn, gantar busai dan gantar senak/gantar kusak.<br /><br /></span></span></p><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><span style="font-size:100%;">2. Tari kancet papatai / tari perang<br /><br /></span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Performing_Art/Event_Management/?PostID=264544"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size:100%;">pertunjukan kesenian</span></span></a><span style="font-size:100%;"> tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan dayak kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari kancet pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku dayak kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu sak paku dan hanya menggunakan alat musik sampe.<br /><o:p></o:p></span></span><p><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><span style="font-size:100%;"><br /></span></span> </p><p><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><span style="font-size:100%;">3. Tari kancet ledo / tari gong<br /><br />jika tari kancet pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria dayak kenyah, sebaliknya </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Performing_Art/Event_Management/?PostID=264544"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size:100%;">kesenian tarian</span></span></a><span style="font-size:100%;"> kancet ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku dayak kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga kancet ledo disebut juga tari gong.<br /><br /></span></span></p><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><span style="font-size:100%;">4. Tari kancet lasan<br /><br /></span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Performing_Art/Event_Management/?PostID=264544"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size:100%;">kesenian tarian</span></span></a><span style="font-size:100%;"> yang menggambarkan kehidupan sehari-hari burung enggang, burung yang dimuliakan oleh suku dayak kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari kancet lasan merupakan tarian tunggal wanita suku dayak kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Performing_Art/Event_Management/?PostID=264544"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size:100%;">pertunjukan tarian</span></span></a><span style="font-size:100%;"> kancet ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon<br /><o:p></o:p></span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS';"><o:p><span style="font-size:100%;"><br /></span></o:p></span></span>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-13700590767990401012010-05-26T02:40:00.000-07:002010-05-26T02:45:06.361-07:00Sejarah Patung di Dunia<h3><span class="mw-headline" id="Asia">Asia</span></h3> <p>Berbagai macam jenis patung terdapat di banyak wilayah yang berbeda di Asia, biasanya dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sejumlah besar patung Hindu di Kamboja dijaga kelestariannya di Angkor, akan tetapi penjarahan terorganisir yang terjadi berdampak besar pada banyak situs peninggalan di negara itu. <i>Lihat juga</i> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angkor_Wat" title="Angkor Wat">Angkor Wat</a>. Di Thailand, kebanyakan patung dikhususkan pada bentuk Buddha. Di Indonesia, patung-patung yang dipengaruhi agama Hindu banyak ditemui di situs <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan" title="Candi Prambanan">Candi Prambanan</a> dan berbagai tempat di pulau Bali. Sedangkan pengaruh agama Buddha ditemui di situs Candi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur" title="Borobudur">Borobudur</a>.</p> <p>Di India, karya patung pertama kali ditemukan di peradaban <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lembah_Indus&action=edit&redlink=1" class="new" title="Lembah Indus (halaman belum tersedia)">Lembah Indus</a> (3300-1700) SM. Ini adalah salah satu contoh awal karya patung di dunia. Kemudian, setelah Hinduisme, Buddhisme dan Jainisme berkembang lebih jauh, India menciptakan patung-patung tembaga serta pahatan batu dengan tingkat kerumitan yang besar, seperti yang terdapat pada hiasan-hiasan kuil Hindu, Jain dan Buddha.</p> <p>Artifak-artifak yang ditemukan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina" title="Republik Rakyat Cina">Republik Rakyat Cina</a> berasal dari sekitar tahun 10.000 SM. Kebanyakan karya patung Tiongkok yang dipajang di museum berasal dari beberapa periode sejarah, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Zhou" title="Dinasti Zhou">Dinasti Zhou</a> (1066-221 SM) menghasilkan bermacam-macam jenis bejana perunggu cetak dengan hiasan yang rumit. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Qin" title="Dinasti Qin">Dinasti Qin</a> (221-206 SM) yang terkenal dengan patung barisan tentara yang dibuat dari terracota. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Han" title="Dinasti Han">Dinasti Han</a> (206 SM - 220AD) dengan patung-patung figur yang mengesankan kekuatan. Patung Buddha pertama ditemui pada periode Tiga Kerajaan (abad ketiga). Yang dianggap sebagai zaman keemasan Tiongkok adalah periode <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Tang" title="Dinasti Tang">Dinasti Tang</a>, pada saat perang saudara, patung-patung figur dekoratif dibuat dalam jumlah banyak dan diekspor untuk dana peperangan. Kemudian setelah akhir <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Ming" title="Dinasti Ming">Dinasti Ming</a> (akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi museum, lebih banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah--dan pada abad 20 yang gegap gempita sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya patung, meskipun saat itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim komunis, dan pada pergantian abad, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya patung komersial (patung figur miniatur, mainan dsb) dan seniman garda depan Tiongkok mulai berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.</p> <p>Di Jepang, karya patung dan lukisan yang tak terhitung banyaknya, seringkali di bawah sponsor pemerintah. Kebanyakan patung di Jepang dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan berkurangnya peran tradisi Buddhisme, jenis penggunaan bahannya juga berkurang. Selama periode Kofun (abad ketiga), patung tanah liat yang disebut <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haniwa&action=edit&redlink=1" class="new" title="Haniwa (halaman belum tersedia)">haniwa</a> didirikan di luar makam. Di dalam Kondo yang berada di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Horyu-ji&action=edit&redlink=1" class="new" title="Horyu-ji (halaman belum tersedia)">Horyu-ji</a> terdapat Trinitas Shaka (623), patung Buddha yang berupa dua bodhisattva serta patung yang disebut dengan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Para_Raja_Pengawal_Empat_Arah&action=edit&redlink=1" class="new" title="Para Raja Pengawal Empat Arah (halaman belum tersedia)">Para Raja Pengawal Empat Arah</a>. Patung kayu (abad 9) mengambarkan Shakyamuni, salah satu bentuk Buddha, yang menghiasi bangunan sekunder di Muro-ji, adalah ciri khas dari patung awal periode <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Heian_period&action=edit&redlink=1" class="new" title="Heian period (halaman belum tersedia)">Heian</a>, dengan tubuh berat, dibalut lipatan draperi tebal yang dipahat dengan gaya <i>hompa-shiki</i> (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang terkesan serius dan menarik diri. Sekolah seni patung Kei, menciptakan gaya patung baru dan lebih realistik.</p><h3><span class="mw-headline" id="Afrika">Afrika</span></h3> <p>Seni rupa di Afrika memiliki penekanan pada seni patung. Para seniman Afrika cenderung lebih menyukai karya tiga dimensi dibandingkan dengan dua dimensi. Meskipun para antropolog berpendapat bahwa patung yang mula-mula dikenal di Afrika berasal dari kebudayaan Nok di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nigeria" title="Nigeria">Nigeria</a> sekitar tahun 500 SM, karya-karya seni Afrika <i>Pharaonic</i> (berkaitan dengan zaman Mesir kuno), kurun waktunya lebih awal daripada periode Nok. Patung logam yang berasal dari bagian timur Afrika barat, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Benin" title="Benin">Benin</a>, dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dihasilkan.</p> <p>Patung diciptakan dan disimbolkan mencerminkan tempat asal di mana patung tersebut dibuat. Berdasarkan bahan dan teknik yang digunakan serta fungsinya, karya patung berlainan dari satu daerah ke daerah lain.</p> <p>Di Afrika Barat figur patung memiliki tubuh memanjang, bentuk bersudut, dan tampilan wajah yang lebih merepresentasi bentuk ideal daripada individual. Figur-figur tersebut dipakai dalam ritual keagamaan dan seringkali permukaannya dilapisi bahan lewat upacara sesaji. Berlawanan dengan ini adalah patung yang diciptakan oleh penduduk Afrika Barat yang berbahasa Mande. Patung karya mereka terbuat dari kayu memiliki permukaan melebar dan rata sementara lengan dan kakinya berbentuk seperti silinder.</p> <p>Di Afrika Tengah ciri khasnya termasuk wajah yang berbentuk seperti hati yang melengkung ke dalam serta pola lingkaran dan titik. Meskipun beberapa kelompok lebih menyukai penciptaan wajah dengan bentuk geometris dan bersudut. Bahan yang digunakan adalah kayu, yang paling banyak digunakan, juga gading, tulang, batu, tanah liat serta logam. Kawasan Afrika Tengah memiliki gaya patung yang menyolok yang dengan mudah dapat diidentifikasi dari mana asal patung itu dibuat.</p> <p>Satu jenis karya tiga dimensi yang dibuat di kawasan Afrika Timur adalah patung tiang. Tiang dipahat berbentuk manusia dan dihias dengan bentuk-bentuk geometris, sementara bagian puncaknya dipahat dengan figur orang, binatang atau objek-objek lain. Tiang ini ditaruh di dekat makam dan diasosiasikan dengan kematian.</p> <p>Patung figur dari tanah liat tertua yang dikenal di Afrika Selatan berasal dari tahun 400 sampai 600 AD dan memiliki kepala berbentuk silindris. Figur dari tanah liat ini memiliki tampilan berupa gabungan antara manusia dan binatang. Selain patung tanah liat ada juga sandaran kepala dari kayu yang dikuburkan bersama pemiliknya dalam makam. Sandaran kepala ini berupa bentuk geometris atau figur binatang.</p><h4><span class="mw-headline" id="Mesir">Mesir</span></h4> <p>Karya seni patung Mesir kuno dikembangkan untuk merepresentasikan dewa-dewa Mesir kuno, juga para Fir'aun, dalam bentuk fisik. Aturan-aturan yang sangat ketat diikuti ketika menciptakan karya patung; patung laki-laki dibuat lebih gelap daripada patung perempuan; dalam patung berposisi duduk , tangan harus diletakkan pada lutut dan aturan-aturan tertentu dalam menggambarkan para dewa. Peringkat artistik didasari atas kesesuaian dengan aturan, dan aturan tersebut diikuti secara ketat selama ribuan tahun, sehingga penampilan patung tidak banyak berubah kecuali selama periode singkat semasa pemerintahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akhenaten" title="Akhenaten">Akhenaten</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nefertiti" title="Nefertiti">Nefertiti</a>, diperbolehkan penggambaran secara naturalistik.</p><h3><span class="mw-headline" id="Eropa">Eropa</span><span class="editsection"></span></h3><h3><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Romawi_Yunani_Klasik">Romawi Yunani Klasik</span></h3> <p>Seni patung klasik Eropa merujuk pada seni patung dari zaman <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani_Kuno" title="Yunani Kuno">Yunani Kuno</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romawi_kuno" title="Romawi kuno" class="mw-redirect">Romawi kuno</a> serta peradaban <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Helenisasi" title="Helenisasi">Helenisasi</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romanisasi" title="Romanisasi">Romanisasi</a> atau pengaruh mereka dari sekitar tahun 500 SM sampai dengan kejatuhan Roma di tahun 476 AD, istilah patung klasik juga dipakai untuk patung modern yang dibuat dengan gaya klasik. Patung-patung klasik Eropa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:</p> <ol><li>Figur badan penuh: berupa laki-laki muda atletis atau wanita telanjang.</li><li>Portrait: menunjukkan tanda-tanda usia atau karakter yang kuat.</li><li>Memakai kostum serta atribut dewa-dewi klasik</li><li>Peduli dengan naturalisme didasari dengan observasi, seringkali memakai model sungguhan.</li></ol> <p>Bentuk patung telanjang biasanya diterima secara luas oleh masyarakat, didasari pada lamanya tradisi yang mendukungnya. Tapi adakalanya, ada yang berkeberatan dengan tema ketelanjangan ini, biasanya dari kalangan fundamentalis moral dan relijius. Contohnya, beberapa patung Yunani koleksi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vatikan" title="Vatikan">Vatikan</a> dihilangkan penisnya.</p> <h4><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Periode_Gothik">Periode Gothik</span></h4> <p>Mata rantai yang menghubungkan seni, dalam hal ini adalah arsitektur, Eropa zaman pertengahan (Gothik) dengan seni arsitektur Romawi disebut dengan periode <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Romanesque&action=edit&redlink=1" class="new" title="Romanesque (halaman belum tersedia)">Romanesque</a>. Karya seni patung Gothik awal adalah dari pengaruh agama Kristen, serta lahir dari dinding gereja dan biara. Patung yang terdapat di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Chartres_Cathedral&action=edit&redlink=1" class="new" title="Chartres Cathedral (halaman belum tersedia)">Chartres Cathedral</a> (sekitar th. 1145) di Perancis merupakan karya patung awal zaman Gothik. Di Jerman, terdapat di Cathedral <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bamberg" title="Bamberg">Bamberg</a> dari tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1225" title="1225">1225</a>. Di Inggris, karya patung hanya terbatas pada yang dipakai pada batu nisan serta dekorasi non figur (sebagian ini disebabkan karena <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikonoklasme&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ikonoklasme (halaman belum tersedia)">ikonoklasme</a> <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cistercian&action=edit&redlink=1" class="new" title="Cistercian (halaman belum tersedia)">Cistercian</a>). Di Italia, masih dipengaruh bentuk-bentuk zaman klasik, seperti yang terdapat pada mimbar <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Baptistery&action=edit&redlink=1" class="new" title="Baptistery (halaman belum tersedia)">Baptistery</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pisa" title="Pisa">Pisa</a> serta di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siena" title="Siena">Siena</a>.</p> <h4><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Renaissance">Renaissance</span></h4> <p>Pada zaman renaissance, seni patung juga turut dihidupkan kembali, bahkan dalam beberapa kasus lebih dulu dibandingkan dengan karya seni lain. Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Donatello" title="Donatello">Donatello</a>, dengan karya patung perunggunya, <i>David</i> (jangan rancu dengan David-nya Michelangelo). Ini merupakan karya patung awal zaman Renaissance. Demikian juga dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelo" title="Michelangelo" class="mw-redirect">Michelangelo</a> yang selain membuat patung <i>David</i>, juga membuat <i>Pietà</i>. Patung David dari Michelangelo merupakan satu contoh gaya <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kontraposto&action=edit&redlink=1" class="new" title="Kontraposto (halaman belum tersedia)">kontraposto</a> dalam menggambarkan figur manusia. Masih ada beberapa periode dari zaman renaissance ke modernisme yang dipengaruhi oleh perubahan politik, gerakan kebudayaan atau hal lain, yaitu periode <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mannerisme" title="Mannerisme">mannerisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baroque" title="Baroque">baroque</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neo_klasik&action=edit&redlink=1" class="new" title="Neo klasik (halaman belum tersedia)">neo klasik</a>.</p> <h4><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Modernisme">Modernisme</span></h4> <p><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Auguste_Rodin" title="Auguste Rodin">Auguste Rodin</a> merupakan salah satu pematung Eropa terkenal dari awal abad 20. Ia seringkali disebut sebagai seniman patung Impresionis. Seni patung modern klasik kurang berminat pada naturalisme, detail anatomi atau kostum dan lebih tertarik pada stilisasi bentuk, demikian juga pada irama volume dan ruang. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya seni patung modern klasik kemudian diadopsi oleh dua penguasa totalitarian Eropa: Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sementara di kawasan Eropa lain, gaya ini berubah menjadi bersifat dekoratif/art deco (<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paul_Manship&action=edit&redlink=1" class="new" title="Paul Manship (halaman belum tersedia)">Paul Manship</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Carl_Milles&action=edit&redlink=1" class="new" title="Carl Milles (halaman belum tersedia)">Carl Milles</a>), stilisasi abstrak (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Henry_Moore" title="Henry Moore">Henry Moore</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alberto_Giacometti&action=edit&redlink=1" class="new" title="Alberto Giacometti (halaman belum tersedia)">Alberto Giacometti</a>) atau lebih ekspresif. Gerakan modernis dalam karya seni patung menghasilkan karya Kubisme, Futurisme, Minimalisme, Instalasi dan Pop art.</p> <h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Seni_Patung_Kontemporer">Seni Patung Kontemporer</span></h3> <div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 182px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sheep%27s_statue_in_Canberra.JPG" class="image"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0f/Sheep%27s_statue_in_Canberra.JPG/180px-Sheep%27s_statue_in_Canberra.JPG" class="thumbimage" width="180" height="135" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sheep%27s_statue_in_Canberra.JPG" class="internal" title="Perbesar"><img src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" alt="" width="15" height="11" /></a></div> Patung domba</div> </div> </div> <p>Di zaman sekarang dimana <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer" title="Seni kontemporer">seni kontemporer</a> mulai berkembang pesat, patung bisa menjadi semacam 'seni pertunjukan'. Misalnya di beberapa tempat seperti Tiongkok, Jepang, Kanada, Swedia dan Rusia diadakan festival patung es yang diselenggarakan secara berkala. Istilah <i>patung kinetik</i> dipakai untuk patung yang dirancang untuk bisa bergerak. Beberapa seniman yang membuat karya patung kinetik adalah: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marcel_Duchamp" title="Marcel Duchamp">Marcel Duchamp</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alexander_Calder&action=edit&redlink=1" class="new" title="Alexander Calder (halaman belum tersedia)">Alexander Calder</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=George_Rickey&action=edit&redlink=1" class="new" title="George Rickey (halaman belum tersedia)">George Rickey</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Andy_Warhol" title="Andy Warhol">Andy Warhol</a>.</p>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-76569480858597208972010-05-24T04:38:00.000-07:002010-05-24T04:39:05.798-07:00Sejarah Seni Lukis di Indonesia<p>Seni lukis modern <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.</p> <p>Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari <i>melukis gaya Eropa</i> yang dipraktekkan pelukis Belanda.</p> <p>Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.</p> <p>Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.</p> <p>Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.</p> <p>Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.</p> <p>Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.</p> <p>Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.</p> <p>Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conseptual art): “Instalation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.</p>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-60785443290162149272010-05-24T04:25:00.000-07:002010-05-24T04:35:21.004-07:00Sejarah Batik Indonesia<span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;font-size:100%;" ><strong>Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.<br /> <br /> Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.</strong></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><br /><br /></span> <h3 style="font-weight: normal; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-size:100%;"><strong><span style="font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Perkembangan Batik di Indonesia</span></strong></span></h3> <span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><strong><span style="font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.<br /> <br /> Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.<br /><br /> </span></strong></span> <table style="color: rgb(0, 0, 0);" width="100%" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="119"> <tbody><tr> <td width="32%" height="190"><span style="font-size:100%;"><img src="http://www.batikmarkets.com/img/buat_batik.jpg" alt="Proses pembuatan batik" title=" Proses pembuatan batik " width="220" border="1" height="250" /></span></td> <td width="68%" valign="top"><div align="justify"><span style=";font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;font-size:100%;" ><strong>Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.<br /> <br /> Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.</strong></span></div></td> </tr> </tbody></table> <span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><strong><span style="font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /> Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.</span></strong><br /></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><strong><span style="font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Batik Pekalongan</span></strong></span> <br /> <span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><strong><span style="font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;"> Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.<br /><br /> Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.<br /> <br /> Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.<br /><br /> Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.<br /> <br /> <table width="100%" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" height="119"> <tbody><tr> <td width="34%"><img src="http://www.batikmarkets.com/img/musium%20batik%20pekalongan.jpg" alt="Musium batik Pekalongan" title=" Musium batik Pekalongan " width="238" border="1" height="240" /></td> <td width="66%" valign="top"><div align="justify"><span style="font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;"><strong> Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.<br /> <br /> Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.<br /><br /> </strong></span></div></td> </tr> </tbody></table><br /> Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.<br /><br /> Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.<br /> <br /> Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.<br /> <br /> Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.</span></strong></span>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-67283524699883137372010-05-20T23:18:00.000-07:002010-05-20T23:20:01.059-07:00Sejarah Penemuan Layang-Layang di Kab.Muna<span class="tgl"></span><br />Layang-layang atau biasa disebut Kaghati, adalah permainan yang telah mendunia sejak masa Pra Pradaban. Selain sebagai olahraga, ternyata permainan ini juga mempunyai makna tersendiri seperti layang-layang diBali diadakan untuk memuja Dewi Sri saat musim panen tiba. Layang-Layang di Cina untuk memantau musuh dari luar tembok raksasa Cina, Sedangkan diKab. Muna Sulawesi Tenggara Layangan Kaghati ini memiliki 5 fungsi :<br />- Olah raga<br />- Seni<br />- Pendidikan Manajemen<br />- Menyampaikan Rasa Syukur Kepada Tuhan atas keberhasilan Panen<br />- Dan sebagai media untuk mencari kebesaran Tuhan<br /><br />Sejak Cina mengklaim sebagai daerah penemu layang-layang pertama, saya pun mencoba menelusuri asal mula layang-layang di Kabupaten Muna. Dimana relief Layang-layang di salah satu Gua Liangkobhori merupakan bukti dan fakta yang terdapat pada bahan-bahan yang digunakan pada Layangan Kaghati yang masih serba alami, tidak dapat ditepis lagi bahwa layangan Kaghati di Kabupaten Muna ditemukan sebelum manusia mengenal api yaitu 30.000 Tahun Sebelum Masehi.<br /><br />Bahan-bahan yang terdapat pada layangan kaghati masih menggunakan bahan dari alam seperti :<br />- Daun Ubi Hutan /Kolope<br />- Bambu Kecil/ Owulu<br />- Dan talinya menggunakan Daun Nanas Hutan<br /><br />Sementara di Cina sudah menggunakan bahan Plastik.pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-17965939806078691712010-05-17T02:13:00.000-07:002010-05-17T02:16:01.617-07:00Kehidupan Manusia Purba di Gua Mirip dengan Manusia Modern<blockquote></blockquote> Kehidupan manusia prasejarah mirip dengan manusia modern dengan kata lain, mereka telah membuat peralatan, mengadakan ritual, dan membagi makanan dalam jangka waktu lama. Ini merupakan kesimpulan sebuah studi terbaru dari pantai selatan Afrika Selatan.<br />Pada sebuah gua yang bertengger di atas laut, para peneliti dari <em>Arizona State University </em>di Tempe telah menemukan bukti bahwa manusia telah mempunyai cara kehidupan yang kompleks sejak 160.000 tahun yang lalu.<em> Mossel Bay Archaeology Project</em> menyampaikan tiga petunjuk yang penting mengenai perilaku manusia prasejarah ini. <ol><li> Pertama-tama, para peneliti menemukan sisa dari bermacam kerang-kerangan, termasuk udang kecil, siput dan keong. Penduduk gua mungkin mengumpulkan mahluk-mahluk ini dari pantai dan batu-batu, membawanya ke dalam gua untuk dimakan. Para peneliti menemukan bahwa pada awalnya orang-orang Afrika bergerak ke Selatan pada 195.000 dan 130.000 tahun yang lalu. Sekitar waktu itu, daerah pedalaman iklim berubah secara relatif dingin dan kering, sehingga sedikit tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang dapat dimakan di pantai. </li><li> Ketika manusia prasejarah ini pindah ke pantai, mereka mungkin mengalami suatu pergeseran budaya. Peneliti menemukan sama seperti masyarakat-masyarakat pemburu modern, kaum pria lebih umum berburu binatang-binatang besar ketika masyarakat manusia hidup di dataran. Di pantai, para wanita memainkan sebuah peran lebih penting dalam menyediakan makanan dengan mencari tanaman-tanaman dan kerang-kerang laut. Perihal petunjuk yang kedua, para peneliti menemukan 57 potongan dari pigmen yang kemerah-merahan. Para peneliti berpikir bahwa para penduduk gua menggunakan pigmen untuk mewarnai tubuh-tubuh mereka atau untuk upacara agama yang lain. </li><li> Akhirnya, penemuan lebih dari 1.800 peralatan batu, termasuk mata pisau. Ini mata pisau bermata dua dari bermacam-macam ukuran. Yang paling kecil berukuran kurang dari setengah inci. Di masa lalu orang-orang mungkin telah mengunakan mata pisau ini hingga terakhir dilihat dari pegangan dari tombak-tombak yang dibuat atau peralatan lainnya. Hingga sekarang, bukti yang paling awal dari mata pisau yang serupa berumur 70.000 tahun. </li></ol> <p> Penemuan-penemuan baru mendukung teori tingkah laku manusia modern bahwa berkembang secara berangsur-angsur, telah ada sekitar 285.000 tahun yang lalu, kata beberapa ahli. (Emily Sohn/Erabaru/snd) </p> <div class="field field-type-file field-field-fileupload"> <div class="field-label">Foto/Video/Audio</div> </div> <table id="coolplayer_wrapper" align="center" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td class="coolplayer_container"><div id="coolplayer_container_1621273512"><!--[if !IE]--><object data="http://www.matabumi.com/modules/coolfilter/holder.swf?img=http%3A%2F%2Fwww.matabumi.com%2Ffiles%2Fimagecache%2Fpreview%2Ffiles%2Ffoto%2F298%2FAncient-cave_1254252300.jpg" type="application/x-shockwave-flash" class="coolplayer_moz" width="460" height="345"><param name="allowScriptAccess" value="always"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="play" value="0"><param name="loop" value="0"><param name="flashvars" value="isNotEmbed=1"><param name="quality" value="high"></object><!--[endif]--><!--[if IE]><object classid="clsid:D27CDB6E-AE6D-11cf-96B8-444553540000" width="460" height="345"><param name="movie" value="http://www.matabumi.com/modules/coolfilter/holder.swf?img=http%3A%2F%2Fwww.matabumi.com%2Ffiles%2Fimagecache%2Fpreview%2Ffiles%2Ffoto%2F298%2FAncient-cave_1254252300.jpg"><param name="allowScriptAccess" value="always"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="play" value="0"><param name="loop" value="0"><param name="flashvars" value="isNotEmbed=1"><param name="quality" value="high"></object><![endif]--></div><br /></td></tr><tr><td class="coolplayer_info"><div id="coolplayer_info_1621273512" style="display: block;">Di dalam gua di Afrika Selatan, para ilmuwan telah menemukan contoh peradaban manusia prasejarah yang mempunyai kehidupan yang kompleks. Bongkahan dari pigmen warna adalah suatu indikasi perilaku kehidupan manusia modern. </div></td></tr></tbody></table>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-27261428581907735032010-05-11T01:42:00.000-07:002010-05-11T01:43:30.949-07:00Perang yang Pernah Terjadi di Indonesia<span style="font-weight: bold;"> Perang Dipenogoro</span><br /><br />Perang Diponegoro adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda" class="mw-redirect">Hindia Belanda</a> (sekarang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jendral_De_Kock" title="Jendral De Kock" class="mw-redirect">Jendral De Kock</a><sup id="cite_ref-0" class="reference"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro#cite_note-0">[1]</a></sup> melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Diponegoro" title="Pangeran Diponegoro">Pangeran Diponegoro</a>. Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa.pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-33966614213159591792010-05-10T04:50:00.000-07:002010-05-10T05:04:54.847-07:00Tokoh Sejarah IndonesiaAda banyak sejarahwan yang berasal dari Indonesia sebagai contohnya Presiden Pertama Indonesia Ir. Sukarno, Muh. Hatta,Wage Rudhol Suparman, dan masih banyak yang lain kami hanya memilih tokoh yang keturunannya masih menjadi tokoh yang ada di Yogyakarta yaitu :<br />Sri Sultan Hamengkubuwana<br /><br /> <b>SULTAN HAMENGKU BUWONO II (1792-1828)</b><br /><br /> Dikenal sebagai penentang kekuasaan imperialisme Barat, antara lain menentang Gubernur Jenderal Daendales dan Letnan Gubernur Raffles. Sultan HB II menentang aturan protokoler baru ciptaan Daendales mengenai alat kebesaran yang dipakai para residen Belandan pada saat menghadap Sultan misalnya hanya menggunakan payung dan tak perlu membuka topi. Perselisihan antara HB II dengan Susuhunan Surakarta tentang batas wilayah daerah kekuasaan juga mengakibatkan Daendales memaksa HB II turun tahta pada tahun1810, kemudian mengangkat putranya sebagai Sultan Hamengku Buwono III sehingga dalam keraton terdapat dua raja. Sultan HB II disebut Sultan Sepuh dan Sultan HB III adalah Sultan Raja.<br /> Tahun 1812 Raffles menyerbu Yogyakarta dan menangkap Sultan Sepuh yang kemudian diasingkan di Pulau Pinang kemudian dipindah ke Ambon.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO III </b><br /><br /> Putra Sultan Sepuh yang memegang kekuasaan pada tahun 1810. Setahun kemudian ketika Pemerintah Belanda digantikan Pemerintah Inggris di bawah pimpinan Letnan Gubernur Raffles, Sultan HB III turun tahta dan kerajaan dipimpin oleh Sultan Sepuh (HB II) kembali selama satu tahun (1812).<br /> Pada masa kepemimpinan Sultan HB III keraton Yogyakarta mengalami kemunduran yang besar-besaran.<br /> Kerajaan Ngayogyakarta diharuskan melepaskan daerah Kedu, separuh Pacitan, Japan, Jipang dan Grobogan kepada Inggris dan diganti kerugian sebesar 100.000 real setahunnya.<br /> Angkatan perang kerajaan diperkecil dan hanya beberapa tentara keamanan keraton.<br /> Sebagian daerah kekuasaan keraton diserahkan kepada Pangeran Notokusumo yang berjasa kepada Raffles dan diangkat menjadi Pangeran Adipati Ario Paku Alam I.<br /> Tahun 1814 Beliau mangkat dalam usia 43 tahun.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO IV (1804-1822)</b><br /> <br />Diangkat sebagai raja pada usia 10 tahun, karenanya dalam memerintah didampingi wali yaitu Paku Alam I hingga tahun 1820. Pada masa pemerintahannya diberlakukan sistem sewa tanah untuk swasta tetapi justru merugikan rakyat.<br /> Tahun 1822 Beliau wafat pada saat bertamasya sehingga diberi gelar Sultan Seda Ing Pesiyar.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO V </b><br /> <br />Bernama kecil Raden Mas Menol dan dinobatkan dalam usia 3 tahun. Dalam memerintah dibantu dewan perwalian yang antara lain beranggotakan Pangeran Diponegoro sampai tahun 1836.<br /> Beliau mangkat pada tahun 1855 tanpa meninggalkan putra yang dapat menggantikannya.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO VI</b><br /> <br />Adalah adik HB V yang semula bernama Pangeran Adipati Mangkubumi. Kedekatannya dengan Belanda membuatnya mendapat pangkat Letnan Kolonel (1839) dan Kolonel (1847) dari Belanda.<br /> Perkawinannya dengan putri Solo (1848) yaitu kemenakan Susuhunan Paku Buwono V atau cucu Paku Buwono IV dari garwa ampeyan (selir) merupakan catatan sejarah bagi terjalinnya kembali hubungan antara Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta yang sejak perjanjian Gianti (1755) sering terjadi pertikaian antara kedua belah pihak.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO VII</b><br /> <br />Pada masa kepemimpinannya banyak didirikan pabrik gula di Yogyakarta, seluruhnya berjumlah 17 pabrik. Setiap pendirian pabrik memberikan peluang pada Sultan untuk menerima dana sebesar Rp 200.000,00. Hal ini mengakibatkan Sultan sangat kaya seringga sering dijuluki Sultan Sugih.<br /> Pada masa kepemimpinannnya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta. Banyak sekolah modern didirikan dan karenanya putra-putranya diharuskan mengenyam pendidikan modern, bahkan hingga ke negeri Belanda.<br /> Tahun 1920 dalam usia 80 tahun, Sultan turun tahta dan mengangkat putra mahkotanya sebagai penggantinya.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO VIII</b><br /> <br />Pada masa HB VIII Kesultanan Yogyakarta mempunyai banyak dana yang dipakai untuk berbagai kegiatan termasuk membiayai sekolah-sekolah kesultanan. Putra-putra HB VIII banyak disekolahkan hingga perguruan tinggi, banyak diantaranya di Belanda.<br /> Beliau mangkat pada tanggal 22 Oktober 1939 di RS Panti Rapih Yogyakarta.<br /><br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO IX</b><br /> <br />Dilahirkan di nDalem Pakuningratan kampung Sompilan Ngasem pada hari Sabtu Paing tanggal 12 April 1912 atau menurut tarikh Jawa Islam pada tanggal Rabingulakir tahun Jimakir 1842 dengan nama Dorodjatun. Ayahnya adalah Gusti Pangeran Haryo Puruboyo, yang kemudian hari ketika Dorodjatun berusia 3 tahun Beliau diangkat menjadi putera mahkota (calon raja) dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putera Narendra ing Mataram. Sedangkan ibunya bernama Raden Ajeng Kustilah, puteri Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Raden Ayu Adipati Anom.<br /> <br /><b>SULTAN HAMENGKU BUWONO X</b><br /> <br />Lahir dengan nama Bendoro Raden Mas Herjuno Darpito pada tanggal 2 April 1946. Setelah dewasa bergelar KGPH Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Raja Putra Nalendra Mataram. Lulusan Fakultas Hukum UGM ini dinobatkan pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921).<br /> Aktif dalam berbagai organisasi yaitu ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY.<br /> <br /><span style="font-weight: bold;">Tokoh yang lain :</span><br /><br /> <b>PANGERAN MANGKUBUMI<br /> </b>(6 Agustus 1717 - 24 Maret 1792)<br /><br /> Terlahir dengan nama Raden Mas Sujono yang merupakan adik Susuhunan Mataram Paku Buwono II di Surakarta. Pada tahun 1746 ia memberontak karena Paku Buwono II mengingkari janji memberikan daerah Sukawati (sekarang Sragen) atas kemenangan Mangkubumi melawan Raden Mas Said. Pemberontakan tersebut berakhir dengan tercapainya Perjanjian Gianti (13 Februari 1755) yang menyatakan bahwa separuh Mataram menjadi milik Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Mangkubumi diakui sebagai Sultan Hamengku Buwono I yang bergelar Senopati Ing Ngalogo Sayidin Panotogomo Khalifatullah dengan karatonnya di Yogyakarta.<br /> <br /> <b>PANGERAN DIPONEGORO </b><br />( 11 November 1785 - 8 Januari 1855).<br /> <br />Panglima tertinggi dalam Perang Diponegoro (1825-1830) yang dalam buku-buku sejarah karangan penulis Belanda disebut Java Oorlog (=Perang Jawa).<br /> Nama kecilnya Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengku Buwono III. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan berdiri di pihak rakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan HB V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi HB V yang berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian itu tidak disetujui Diponegoro.<br /> Dalam perkembangan selanjutnya Belanda berusaha menangkap Diponegoro dan meletus Perang Diponegoro pada tanggal 20 Juli 1825.<br /> 28 Maret 1830 P. Diponegoro menemui Jenderal De Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Ungaran, kemudian ke Semarang, dan langsung ke Jakarta.<br /> 8 April 1830 sampai di Jakarta dan ditawan di Stadhuis.<br /> 3 Mei 1830 diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam.<br /> 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.<br /> 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Melayu Makassar.pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-19755526533621296922010-05-07T19:09:00.000-07:002010-05-10T04:50:51.674-07:00Penemuan Peninggalan Sejarah<div style="text-align: center;"><span style="line-height: 1.3em;font-size:15pt;" ><b>Altar Raja Dharmawangsa Ditemukan di Ponorogo</b></span><b></b><br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;"><img src="http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/03/20/1546583p.JPG" alt="" border="0" /><br /></div><div style="text-align: center;">SURYA/sudarmawan<br /><span style="line-height: 1.3em;font-size:6pt;" ><b>PURBAKALA - Altar dekat batu besar yang diduga kuat peninggalan Raja Dharmawangsa ditemukan di Dusun Watu Dhukun, Desa Pager Ukir, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. </b></span><br /></div> <br /> Warga Ponorogo digegerkan dengan temuan sedikitnya dua artefak yang diduga kuat peninggalan dari Kerajaan Medang semasa Raja Dharmawangsa. Ini kerajaan penting di Jawa Timur yang pernah menguasai Kerajaan Sriwijaya di Palembang tahun 992 Masehi, jauh sebelum Singhasari dan Majapahit berdiri.<br /> Kedua artefak di situs purbakala itu ditemukan di Dusun Watu Dhukun, Desa Pager Ukir, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Artefak itu berbentuk mangkara dan linggajati (altar) besar yang terletak berdampingan.<br /> Menurut Aryo Putro, pemerhati sejarah dari Kediri yang meninjau situs tadi, tulisan pada kedua artefak itu memakai huruf Pallawa. Ia menduga, mangkara dan linggajati itu peninggalan Dharmawangsa ketika menyikir ke Ponorogo karena bertempur melawan Kerajaan Kahuripan Medang di Sidoarjo, dekat Surabaya sekarang.<br /> "Jadi, tempat ini merupakan tempat pelarian Airlangga sebelum menjadi raja. Dan tempat ini merupakan lokasi semedi Airlangga hingga mendapat petunjuk untuk menjadi raja," Aryo menduga.<br /><br /><table class="contentpaneopen"><tbody><tr><td style="text-align: center;" class="contentheading" width="100%"> <span style="font-weight: bold;">Penemuan Candi</span> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <!-- AddThis Button BEGIN --> <script type="text/javascript">var addthis_pub="webuii";</script> <script type="text/javascript" src="http://s7.addthis.com/js/200/addthis_widget.js"></script> <!-- AddThis Button END --> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://www.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&task=view&id=800&pop=1&page=0&Itemid=257" target="_blank" onclick="window.open('http://www.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&task=view&id=800&pop=1&page=0&Itemid=257','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" title="Print"> <br /></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://www.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=800&itemid=257" target="_blank" onclick="window.open('http://www.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=800&itemid=257','win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=400,height=250,directories=no,location=no'); return false;" title="E-mail"> <br /></a> </td> </tr> </tbody></table> <table class="contentpaneopen"><tbody><tr> <td colspan="2" class="createdate" valign="top"><br /></td> </tr> <tr> <td colspan="2" valign="top"> <div align="justify"><p><strong>Badan Wakaf UII Siap Relokasi Perpustakaan</strong></p><p><img src="http://www.uii.ac.id/images/stories/berita/2009.12.15.%20lokasi%20penemuan%20candi%20mulai%20digali-web%201.jpg" style="float: left;" alt="Image" title="Image" width="314" border="0" height="188" hspace="6" /> Selasa (15/12), penelusuran lebih lanjut terhadap situs sejarah yang ditemukan di lokasi pembangunan perpustakaan pusat Universitas Islam Indonesia (UII), dilanjutkan pihak UII bersama pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Selain dari UII dan BP3 DIY, awak media juga banyak berdatangan. Tidak kurang dari 20 wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik berada di lokasi tersebut untuk meliput penelusuran BP3 DIY bersama beberapa pihak dari UII yang sudah hadir beberapa saat sebelumnya. </p><p>Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pengurus Badan Wakaf (Yayasan) UII, Dr. Lutfi Hasan kembali menegaskan komitmen UII untuk menjaga dan secara maksimal akan membantu pihak terkait untuk menelusuri dan melestarikan situs sejarah di lokasi tersebut beberpa waktu yang lalu. “Kita juga sudah sepakat, siap untuk memindahkan lokasi pembangunan perpus pusat UII ini jika memang diperlukan”, ungkapnya lebih lanjut.</p></div> <div align="justify"><p>Meskipun belum merumuskan di mana rencana perpus akan dibangun jika ada pemindahan lokasi, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf merasa yakin dengan keputusan yang diambil Badan Wakaf. Seperti yang diungkapkan Rektor UII dua hari sebelumnya, Badan Wakaf juga menganggap bahwa UII sebagai lembaga pendidikan juga memiliki kewajiban untuk melestarikan peninggalan sejarah seperti ini. Wakil Rektor I, Prof. Ir. Sarwidi, MSCE., Ph.D., IP-U., juga meninjau lokasi pada saat dimulai pengerukan dengan alat berat.</p><p><strong></strong><br /></p></div></td></tr></tbody></table><span style="font-size:100%;"><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/tara/"><br /></a></span></span><div style="color: rgb(0, 0, 0);" id="kawista-list-of-content"> </div> <span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><br /></span>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-20608024067803696402010-05-05T05:00:00.000-07:002010-05-10T04:30:56.290-07:00Sejarah Kerajaan di Indonesia<meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 10"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 10"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJupiter%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><span style="font-size:85%;"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype></span><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1159077884; mso-list-template-ids:333504798;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman";} </style> <![endif]--> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" ><o:p></o:p></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">KERAJAAN HINDHU - BUDHA</span>
<br /></span></li></ol> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style="font-family:Arial;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);"></span></a></span></b></span><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" >Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindhu - Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);"></span></a>India<span style="text-decoration: underline;"> Tiongkok</span>, dan wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah" title="Timur Tengah"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);"></span></a>Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke </span><span style="font-size:85%;"><st1:country-region><st1:place><span style="font-family:Arial;">Indonesia</span></st1:place></st1:country-region></span><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" > diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari </span><span style="font-size:85%;"><st1:country-region><st1:place><span style="font-family:Arial;">India</span></st1:place></st1:country-region></span><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" > antara lain: Maha Resi Agastya, yang di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Jawa</span></a> terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" >Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, yaitu kerajaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara" title="Tarumanagara"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Tarumanagara</span></a> yang dilanjutkan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" title="Kerajaan Sunda"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Kerajaan Sunda</span></a> sampai abad ke-16.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" >Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya" title="Sriwijaya"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Sriwijaya</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" title="Majapahit"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Majapahit</span></a>. Pada masa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-7" title="Abad ke-7"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">adab ke-7</span></a> hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-14" title="Abad ke-14"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">abad ke-14</span></a>, kerajaan Buddha <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya" title="Sriwijaya"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Sriwijaya</span></a> berkembang pesat di </span><span style="font-size:85%;"><st1:place><span style="font-family:Arial;">Sumatra</span></st1:place></span><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" >. Penjelajah Tiongkok <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/I-Tsing" title="I-Tsing"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">I-Tsing</span></a> mengunjungi ibukotanya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" title="Palembang"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Palembang</span></a> sekitar tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/670" title="670"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">670</span></a>. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah" title="Jawa Tengah"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Jawa Tengah</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kamboja" title="Kamboja"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Kamboja</span></a>. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu" title="Hindu"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Hindu</span></a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Jawa Timur</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" title="Majapahit"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Majapahit</span></a>. Patih Majapahit antara tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1331" title="1331"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">1331</span></a> hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1364" title="1364"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">1364</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" title="Gajah Mada"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Gajah Mada</span></a>, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wiracarita" title="Wiracarita"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">wiracarita</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana" title="Ramayana"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Ramayana</span></a>.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" >Masuknya ajaran Islam pada sekitar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-12" title="Abad ke-12"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">abad ke-12</span></a>, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang tangguh dan ekspansionis, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudera_Pasai" title="Samudera Pasai"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Samudera Pasai</span></a> di Sumatera dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Demak" title="Kerajaan Demak"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Demak</span></a> di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.</span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><span style="font-weight: bold;">
<br /></span></span></p><p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><span style="font-weight: bold;"><blockquote></blockquote></span></span></p><p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" ><span style="font-weight: bold;">Peninggalan Kerajaan Bercorak Hindhu - Budha</span></span></p><p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >
<br /></span></p><div style="color: rgb(0, 0, 0);" id="kawista-list-of-content"> <ul><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/borobudur/">Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/borobudur/Borobudur.jpg" alt="Borobudur" class="preview" width="120" height="90" /></a>Borobudur adalah candi Budha terbesar di abad ke-9 yang berukuran 123 x 123 meter. Candi Borobudur selesai dibangun berabad-abad sebelum Angkor Wat di Kamboja.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/borobudur/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/gampingan/">Membaca Pesan dari Nirwana di Candi Gampingan
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/gampingan/Gampingan.jpg" alt="Gampingan" class="preview" width="120" height="90" /></a>Candi Gampingan yang ditemukan pada tahun 1995 diduga merupakan bagian dari Situs Gampingan. Bagian kaki candi dihiasi relief beragam jenis hewan, salah satunya burung yang dipercaya mampu membawa pesan dari nirwana.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/gampingan/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/gebang/">Candi Gebang
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/gebang/Gebang.jpg" alt="Gebang" class="preview" width="120" height="90" /></a><b>Candi Gebang</b> berdiri pada masa awal "Jawa Tengah" (± 730 - 800 M). Latar belakang sejarah berdirinya Candi Gebang ini sampai sekarang tetap merupakan sebuah misteri.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/gebang/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ijo/">Candi Ijo, Candi yang Letaknya Tertinggi di Yogyakarta
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/ijo/Ijo.jpg" alt="Ijo" class="preview" width="120" height="90" /></a>Candi Ijo adalah candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang menyuguhkan pesona alam dan budaya serta pesawat yang tengah <i>landing</i>. Candi inilah yang membuat landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ijo/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/kedulan/">Mengungkap Teka-Teki Bendungan Kuno di Sekitar Candi Kedulan
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/kedulan/Kedulan.jpg" alt="Kedulan" class="preview" width="120" height="90" /></a>Candi Kedulan ditemukan pada tahun 1993. Penemuan candi ini beserta dua buah prasasti di lokasi penggaliannya mengundang pertanyaan tentang keberadaan desa kuno bernama Pananggaran dan sebuah bendungan di dekatnya.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/kedulan/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/mendut/">Candi Mendut
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/mendut/Mendut.jpg" alt="Mendut" class="preview" width="120" height="90" /></a><b>Candi Mendut</b> lebih tua dari Candi Borobudur. Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/mendut/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/pawon/">Candi Pawon
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/pawon/Pawon.jpg" alt="Pawon" class="preview" width="120" height="90" /></a><b>Candi Pawon</b> bukan sebuah makam, melainkan sebagai tempat untuk menyimpan senjata Raja Indera yang bernama Vajranala.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/pawon/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/plaosan/">Candi Plaosan, Candi Kembar di Yogyakarta
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/plaosan/Plaosan.jpg" alt="Plaosan" class="preview" width="120" height="90" /></a>Candi Plaosan yang dibangun Rakai Pikatan memiliki beberapa keunikan dibanding candi lain, yaitu dua candi utamanya yang "kembar" serta teras yang permukaannya halus. Di candi ini juga terdapat figur Vajrapani, Amitbha, dan Prajnaparamitha.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/plaosan/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/">Prambanan, Candi Hindu Tercantik di Dunia
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/Prambanan.jpg" alt="Prambanan" class="preview" width="120" height="90" /></a>Candi Prambanan adalah mahakarya kebudayaan Hindu dari abad ke-10. Bangunannya yang langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat kecantikan arsitekturnya tak tertandingi.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/sambisari/">21 Tahun Merangkai "Puzzle" Candi Sambisari
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/sambisari/Sambisari.jpg" alt="Sambisari" class="preview" width="120" height="90" /></a>Setelah terkubur selama ratusan tahun, bongkahan pertama ditemukan pada tahun 1966. Memerlukan waktu 21 tahun untuk menggali dan merangkai ratusan keping "puzzle" dari batu itu sebelum akhirnya Candi Sambisari berhasil direkonstruksi.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/sambisari/">
<br /></a></span></span></li><li><span style="font-size:100%;"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/tara/">Candi Tara, Peninggalan Budha Tertua di Yogyakarta
<br /><img src="http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/tara/Tara.jpg" alt="Tara" class="preview" width="120" height="90" /></a>Candi Tara adalah candi yang dipersembahkan untuk Dewi Tara yang dinding luarnya dilapisi semen kuno. Candi Budha tertua di Yogyakarta ini dibangun oleh Rakai Panangkaran, raja dari dinasti Syailendra yang juga mengkonsep pendirian Borobudur.
<br /><span class="more"><a href="http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/tara/">
<br /></a></span></span></li></ul> </div><p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" ><o:p></o:p></span></p> <ol start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size:85%;"><b><span style="font-family:Arial;">Kerajaan Islam </span></b></span><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" ><o:p></o:p></span></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size:85%;"><b><span style="font-family:Arial;"> Kerajaan Islam di Indonesia</span></b></span><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" > diperkirakan kejayaannya berlangsung antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-13" title="Abad ke-13"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">abad ke-13</span></a> sampai dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-16" title="Abad ke-16"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">abad ke-16</span></a>. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Islam</span></a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jazirah_Arab" title="Jazirah Arab"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Arab</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">India</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persia" title="Persia"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Persia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Tiongkok</span></a>, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera" title="Sumatera"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Sumatera</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Jawa</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Maluku</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi"><span style="text-decoration: none; color: rgb(0, 0, 0);">Sulawesi</span></a>.</span><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >Peninggalan Kerajaan Bercorak Islam</span></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >
<br />Agama kebudayaan Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Arab, Persia,Gujarat(India) & Cina.Peninggalan sejarah bercorak Islam antara lain masjid,kaligrafi,karya sastra(kitab),tradisi keagamaan,dan,pesantren.Contoh masjid peninggalan Islam adalah Masjid Agung Demak(Sunan Kalijaga) & Masjid Kudus (Sunan Kudus).Kaligrafi adalah tulisan indah dalam huruf Arab.Istana adalah tempat tinggal raja beserta keluarganya dan berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Contoh Keraton atau Istana:
<br />-Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman(Berada di Cirebon)
<br />-Keraton Kasultaran dan Keraton Pakualaman(Berada di Yogyakarta)
<br />Tradisi adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat & dilakukan secara turun-temurun. Contoh Tradisi:
<br />-Ziarah ke makam
<br /> -Sedekah
<br /> -Sekaten
<br />Ada 10 kerajaan Islam Yaitu:
<br />-Kerajaan Samudera Pasai
<br />-Kerajaan Aceh
<br />-Kerajaan Pajang
<br />-Kerajaan Demak
<br />-Kerajaan Mataram
<br />-Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar)
<br />-Kerajaan Banten
<br />-kerajaan Ternate dan Tidore
<br />-Kerajaan Banjar
<br />-Kerajaan Cirebon</span>
<br /><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Arial;font-size:85%;" ><o:p> </o:p></span></p> pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-40029028580039346752010-05-04T02:55:00.000-07:002010-05-04T03:14:40.959-07:00Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Idiologi dan Dasar Negara<p><strong>Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara</strong> <br /></p>Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara coba baca teks Proklamasi berikut ini.<br /><br />Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.<br /><br />Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.<br /><br />Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)<br /><br />Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.<br /><br />Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:<br />1. Peri Kebangsaan<br />2. Peri Kemanusiaan<br />3. Peri Ketuhanan<br />4. Peri Kerakyatan<br />5. Kesejahteraan Rakyat<br /><br />Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal, yaitu:<br />1. Ketuhanan Yang Maha Esa<br />2. Persatuan Indonesia<br />3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab<br />4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan<br /> dalam Permusyawaratan/Perwakilan<br />5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia<br /><br />Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:<br />1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)<br />2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)<br />3. Mufakat atau Demokrasi<br />4. Kesejahteraan Sosial<br />5. Ketuhanan yang Berkebudayaan<br /><br />Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:<br />1. Sosio nasionalisme<br />2. Sosio demokrasi<br />3. Ketuhanan<br /><br />Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.<br /><br />Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:<br />1. Ir. Soekarno<br />2. Ki Bagus Hadikusumo<br />3. K.H. Wachid Hasjim<br />4. Mr. Muh. Yamin<br />5. M. Sutardjo Kartohadikusumo<br />6. Mr. A.A. Maramis<br />7. R. Otto Iskandar Dinata<br />8. Drs. Muh. Hatta<br /><br />Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:<br />1. Ir. Soekarno<br />2. Drs. Muh. Hatta<br />3. Mr. A.A. Maramis<br />4. K.H. Wachid Hasyim<br />5. Abdul Kahar Muzakkir<br />6. Abikusno Tjokrosujoso<br />7. H. Agus Salim<br />8. Mr. Ahmad Subardjo<br />9. Mr. Muh. Yamin<br /><br />Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.<br /><br />Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.<br /><br />Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya.<br /><br />Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.<br /><br />Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa”. Adapun bunyi Pembukaan UUD1945 selengkapnya sebagai berikut:<br />UNDANG-UNDANG DASAR<br />NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945<br />PEMBUKAAN<br />(Preambule)<br /><br />Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan de-ngan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidup-an bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadil-an sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-60032160608317734202010-05-02T20:18:00.000-07:002010-05-05T22:55:12.871-07:00Prasejarah<div style="font-family: arial;" face="arial" align="justify"> </div><span style=";font-family:arial;font-size:100%;" ></span><div align="justify" style="font-family:arial;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >Secara geologi, wilayah </span><span style="font-size:100%;"><a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut </span><span style="font-size:100%;"><a title="Nusantara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Nusantara</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: </span><span style="font-size:100%;"><a title="Lempeng Eurasia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lempeng_Eurasia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Lempeng Eurasia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, </span><span style="font-size:100%;"><a title="Lempeng Indo-Australia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lempeng_Indo-Australia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Lempeng Indo-Australia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, dan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Lempeng Pasifik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lempeng_Pasifik"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Lempeng Pasifik</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > (lihat artikel </span><span style="font-size:100%;"><a class="new" title="Geologi Indonesia (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geologi_Indonesia&action=edit&redlink=1"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Geologi Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya </span><span style="font-size:100%;"><a title="Es" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Es"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">es</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > setelah berakhirnya </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Zaman Es" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Es"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Zaman Es</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, hanya 10.000 tahun yang lalu.<br /></span><span style="font-size:100%;"><br /></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran<br />Pada masa </span><span style="font-size:100%;"><a title="Pleistosen" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pleistosen"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Pleistosen</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, ketika masih terhubung dengan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Asia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Asia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni pertama adalah fosil-fosil </span><span style="font-size:100%;"><a title="Homo erectus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Homo_erectus"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Homo erectus</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > </span><span style="font-size:100%;"><a title="Manusia Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">manusia Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (</span><span style="font-size:100%;"><a title="Homo floresiensis" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Homo_floresiensis"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Homo floresiensis</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >)</span><span style="font-size:100%;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia#cite_note-0"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><blockquote></blockquote>[1]</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > di </span><span style="font-size:100%;"><a title="Liang Bua" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Liang_Bua"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Liang Bua</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, </span><span style="font-size:100%;"><a title="Flores" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Flores"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Flores</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Zaman Es" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Es"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Zaman Es</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > terakhir.<blockquote></blockquote></span><span style="font-size:100%;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia#cite_note-1"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">[2]</span></a><a class="mw-redirect" title="Homo sapiens" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Homo_sapiens"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Homo sapiens</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai </span><span style="font-size:100%;"><a title="Asia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Asia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > dari Asia Barat, dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<blockquote></blockquote></span><span style="font-size:100%;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia#cite_note-2"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">[3]</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > Mereka, yang berciri </span><span style="font-size:100%;"><a title="Ras" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ras"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">rasial</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > berkulit gelap dan berambut ikal rapat (</span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Negroid" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Negroid"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Negroid</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >), menjadi nenek moyang penduduk asli </span><span style="font-size:100%;"><a title="Melanesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melanesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Melanesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > (termasuk </span><span style="font-size:100%;"><a title="Papua" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Papua</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (</span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Paleolitikum" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paleolitikum"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Paleolitikum</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >). Gelombang pendatang ber</span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Bahasa Austronesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Austronesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">bahasa Austronesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > dengan kultur </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Neolitikum" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikum"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Neolitikum</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui </span><span style="font-size:100%;"><a title="Formosa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Formosa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Formosa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > dan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Filipina" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Filipina</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > membawa kultur beliung persegi (</span><span style="font-size:100%;"><a title="Kebudayaan Dongson" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Dongson"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">kebudayaan Dongson</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >). Proses migrasi ini merupakan bagian dari </span><span style="font-size:100%;"><a class="new" title="Pendudukan Pasifik (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pendudukan_Pasifik&action=edit&redlink=1"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">pendudukan Pasifik</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >. Kedatangan gelombang penduduk berciri </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Mongoloid" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mongoloid"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Mongoloid</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk </span><span style="font-size:100%;"><a title="Maluku" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Maluku</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > serta </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Nusa Tenggara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Nusa Tenggara</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik </span><span style="font-size:100%;"><a title="Pertanian" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">pertanian</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, termasuk bercocok tanam </span><span style="font-size:100%;"><a title="Padi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Padi"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">padi</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > di </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sawah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sawah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">sawah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), be</span><span style="font-size:100%;"><a title="Peternakan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peternakan"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">ternak</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > </span><span style="font-size:100%;"><a title="Kerbau" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerbau"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">kerbau</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, pengolahan </span><span style="font-size:100%;"><a class="new" title="Zaman Perundagian (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zaman_Perundagian&action=edit&redlink=1"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">perunggu</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > dan </span><span style="font-size:100%;"><a class="new" title="Zaman Perundagian (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zaman_Perundagian&action=edit&redlink=1"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">besi</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, teknik </span><span style="font-size:100%;"><a class="new" title="Tenun ikat (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tenun_ikat&action=edit&redlink=1"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">tenun ikat</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, praktek-praktek </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Megalitikum" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Megalitikum"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">megalitikum</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >, serta pemujaan roh-roh (</span><span style="font-size:100%;"><a title="Animisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Animisme"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">animisme</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >) serta benda-benda keramat (</span><span style="font-size:100%;"><a title="Dinamisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamisme"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">dinamisme</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" >). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari </span><span style="font-size:100%;"><a title="India" href="http://id.wikipedia.org/wiki/India"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">India</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-size:100%;" > akibat hubungan perniagaan</span></div>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7786263097063014227.post-36675733315325446972010-05-02T20:11:00.000-07:002010-05-05T22:55:28.848-07:00Sejarah Indonesia<div style="color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman </span><span style="font-size:100%;"><a title="Prasejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >prasejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > berdasarkan penemuan "</span><span style="font-size:100%;"><a title="Manusia Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Manusia Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >sejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > </span><span style="font-size:100%;"><a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Hindu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Hindu</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Buddha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Buddha</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > serta </span><span style="font-size:100%;"><a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Islam</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > di </span><span style="font-size:100%;"><a title="Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Sumatera</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > yang terutama mengandalkan perdagangan; Era </span><span style="font-size:100%;"><a title="Kolonialisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Kolonial</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, masuknya orang-orang </span><span style="font-size:100%;"><a title="Eropa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Eropa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (terutama </span><span style="font-size:100%;"><a title="Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Belanda</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) yang menginginkan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Rempah-rempah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rempah-rempah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >rempah-rempah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-17" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-17"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-17</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > hingga pertengahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-20" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-20</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >; Era Kemerdekaan Awal, pasca-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Proklamasi Kemerdekaan Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1945" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1945</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) sampai jatuhnya </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soekarno" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soekarno</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); Era </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Orde Baru" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Orde Baru</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, 32 tahun masa pemerintahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soeharto" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soeharto</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >–</span><span style="font-size:100%;"><a title="1998" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1998"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1998</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.<br />Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman </span><span style="font-size:100%;"><a title="Prasejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >prasejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > berdasarkan penemuan "</span><span style="font-size:100%;"><a title="Manusia Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Manusia Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >sejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > </span><span style="font-size:100%;"><a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Hindu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Hindu</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Buddha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Buddha</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > serta </span><span style="font-size:100%;"><a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Islam</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > di </span><span style="font-size:100%;"><a title="Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Sumatera</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > yang terutama mengandalkan perdagangan; Era </span><span style="font-size:100%;"><a title="Kolonialisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Kolonial</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, masuknya orang-orang </span><span style="font-size:100%;"><a title="Eropa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Eropa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (terutama </span><span style="font-size:100%;"><a title="Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Belanda</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) yang menginginkan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Rempah-rempah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rempah-rempah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >rempah-rempah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-17" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-17"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-17</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > hingga pertengahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-20" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-20</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >; Era Kemerdekaan Awal, pasca-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Proklamasi Kemerdekaan Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1945" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1945</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) sampai jatuhnya </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soekarno" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soekarno</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); Era </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Orde Baru" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Orde Baru</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, 32 tahun masa pemerintahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soeharto" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soeharto</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >–</span><span style="font-size:100%;"><a title="1998" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1998"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1998</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman </span><span style="font-size:100%;"><a title="Prasejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >prasejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > berdasarkan penemuan "</span><span style="font-size:100%;"><a title="Manusia Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Manusia Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >sejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > </span><span style="font-size:100%;"><a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Hindu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Hindu</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Buddha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Buddha</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > serta </span><span style="font-size:100%;"><a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Islam</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > di </span><span style="font-size:100%;"><a title="Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Sumatera</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > yang terutama mengandalkan perdagangan; Era </span><span style="font-size:100%;"><a title="Kolonialisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Kolonial</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, masuknya orang-orang </span><span style="font-size:100%;"><a title="Eropa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Eropa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (terutama </span><span style="font-size:100%;"><a title="Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Belanda</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) yang menginginkan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Rempah-rempah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rempah-rempah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >rempah-rempah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-17" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-17"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-17</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > hingga pertengahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-20" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-20</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >; Era Kemerdekaan Awal, pasca-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Proklamasi Kemerdekaan Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1945" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1945</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) sampai jatuhnya </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soekarno" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soekarno</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); Era </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Orde Baru" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Orde Baru</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, 32 tahun masa pemerintahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soeharto" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soeharto</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >–</span><span style="font-size:100%;"><a title="1998" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1998"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1998</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.<br />Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman </span><span style="font-size:100%;"><a title="Prasejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >prasejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > berdasarkan penemuan "</span><span style="font-size:100%;"><a title="Manusia Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Manusia Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sejarah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >sejarah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > </span><span style="font-size:100%;"><a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Hindu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Hindu</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Buddha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Buddha</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > serta </span><span style="font-size:100%;"><a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Islam</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > di </span><span style="font-size:100%;"><a title="Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Jawa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > dan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Sumatera</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > yang terutama mengandalkan perdagangan; Era </span><span style="font-size:100%;"><a title="Kolonialisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Kolonial</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, masuknya orang-orang </span><span style="font-size:100%;"><a title="Eropa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Eropa</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (terutama </span><span style="font-size:100%;"><a title="Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Belanda</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) yang menginginkan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Rempah-rempah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rempah-rempah"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >rempah-rempah</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-17" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-17"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-17</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > hingga pertengahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Abad ke-20" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >abad ke-20</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >; Era Kemerdekaan Awal, pasca-</span><span style="font-size:100%;"><a title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Proklamasi Kemerdekaan Indonesia</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1945" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1945</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >) sampai jatuhnya </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soekarno" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soekarno</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); Era </span><span style="font-size:100%;"><a class="mw-redirect" title="Orde Baru" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Orde Baru</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >, 32 tahun masa pemerintahan </span><span style="font-size:100%;"><a title="Soeharto" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >Soeharto</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" > (</span><span style="font-size:100%;"><a title="1966" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1966"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1966</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >–</span><span style="font-size:100%;"><a title="1998" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1998"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;" >1998</span></a></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:arial;font-size:100%;" >); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.</span></div>pungki_nandahttp://www.blogger.com/profile/16433168633041754363noreply@blogger.com0